Donderdag 17 Oktober 2013

Pembelajaran Kemp


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar  Belakang
Makin maju ilmu pengetahuan mengakibatkan tiap generasi harus meningkatkan pola frekuensi belajarnya. Agar pendidikan dapat dilaksanakan lebih baik tidak terkait oleh aturan yang mengikat kreativitas pembelajar, kiranya tidak memadai hanya digunakan sumber belajar, seperti dosen/guru, buku, modul, audio visual, dan lain-lain, maka hendaknya diberikan kesempatan yang lebih luas dan aturan yang fleksibel kepada pebelajar untuk menentukan strategi belajarnya.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi :tujuan/kompetensi, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih atau menentukan pendekatan dan model pembelajaran.
Pada kesempatan kali ini pemakalah akan membahas tentang model pembelajaran Jerold E. Kemp, dimana model pembelajaran ini mengembangkan model desain instruksional yang paling awal bagi pendidikan.  Agar lebih jelas pemakalah akan menjelaskannya pada Bab selanjutnya.
B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengembangan desain pembelajaran model Kemp ?
2.      Apa saja komponen dalam desain pembelajaran Kemp ?
3.      Apa saja komponen model analisi topik pembelajaran Kemp ?
4.      Apa kekurangan desain pembelajaran Kemp ?
5.      Apa kelebihan desain pembelajaran Kemp ?
C.  Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui bagaimana desain pembelajaran Kemp
2.      Untuk mengetahui komponen dalam desain pembelajaran kemp
3.      Untuk mengetahui komponen model analisi topik pembelajaran kemp
4.      Untuk mengetahui kekurangan desain pembelajaran Kemp
5.      Untuk mengetahui kelebihan desain pembelaaran Kemp

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Model Desain Pembelajaran Kemp
Jerol E. Kemp berasal dari California State Univercity di Sanjose. Kemp mengembangkan model desain instruksional yang paling awal bagi pendidikan. Model Kemp memberikan bimbingan kepada para siswanya untuk berpikir tentang masalah – masalah umum dan tujuan –tujuan pembelajaran. Model ini juga mengarahkan para pengembang desain instruksional untuk melihat karakteristik para siswa serta menentukan tujuan- tujuan belajar yang tepat.
Desain pembelajaran bersifat dinamis, artinya dapat dimulai dari mana saja. Kemp berpendapat bahwa proses belajar menyangkut ragam pengetahuan kemampuan antarpribadi dan sikap sing diabaikan  orang. Padahal kompetensi yang sesungguhnya dari seseorang selalu ditnjau dari seluruh aspek , yaitu :
a.       Fakta, yaitu hubungan antara dua objek.
b.      Konsep. Menurut Kemp, konsep adalah kategori atau ragam yang menunjukkan kesamaan atau kemiripan gagasan, kejadian, objek, atau kebendaan.
c.       Prinsip, yang merupakan menjelaskan hubungan antara dua konsep.
d.      Aturan atau prosedur yaitu pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh peserta didik secara bertahap.
e.       Kemampuan antarpribadi. Materi ini tidak dibahas oleh semua pakar, kecuai Kemp, dkk.  yang menaruh perhatian pada keampuan antarpribadi ini. Kemampuan antrapribadi ini satu-satunya kemampuan yang dapat dimiliki oleh seseorang, karena tiap orang memiliki kemampuan lebih dari satu.
f.       Sikap yang sebagai predisposisi untuk prilaku seseorang. Yait hal yang sulit diprediksi dan memakan waktu yang lama untuk mengukurnya. 

Kemp berpendpat bahwa pengembangan pembelajaran dikembangkan dari model sederhana kedua yang memasukkan aspek revisi pada desain pembelajaran.[1]
Istilah lain yang sering digunakan untuk desain pembelajaran menurut Kemp,diantaranya :[2]
a.       Intrusctional sistems design, terkait denagan Penyelenggaraan  proses belajar dan mengajar .
b.      Learning sistem design, model ini sangat menekankan proses belajar yang dialami peserta didik .

Perencanaan desain pembelajaran model Kemp dapat digunakan pada tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan, maupun perguruan tinggi.
Adapun langkah – langkah pengembangan desain pembelajaran model Kemp, terdiri dari delapan langkah, yakni :[3]
1. Menentukan tujuan instruksional umum (TIU) atau kompetensi dasar, yaitu tujuan umum yang ingin di capai dalam mengajarkan masing- masing pokok bahasan.
2.      Membuat analisis tentang karakteristik siswa. Analisis ini diperlukan antara lain untuk mengetahui apakah latar belakang pendidikan dan sosial budaya siswa memungkinkan untuk mengikuti program , serta langkah- langkah apa yang perlu diambil.
3.      Menentukan tujuan instruksional secara spesifik, operasional, dan terukur (dalam KTSP adalah indikator). Dengan demikian, siswa akan tahu apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya bahwa ia telah berhasil. Bagi guru, rumusan itu akan berguan dalam menyusun tes kemampuan /keberhasilan dan pemilihan materi/bahan belajar yang sesuai.
4.      Menentukan materi/ bahan ajar yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus (indikator) yang telah dirumuskan. Masalah yang sering kali dihadapi guru- guru adalah begitu banyakknya materi pelajaran yang harus diajarkan dengan waktu yang terbatas. Demikian juga, timbul kesulitan dalam mengorganisasikan materi/ bahan ajar yang akan disajikan kepada para siswa. Dalam hal ini diperlukan ketepatan guru dalam memilih dan memilah sumber belajar, materi, media,dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan.
5.      Menetapkan penjajagan atau tes awal (preassesment). Ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa dalam memenuhi prasyarat belajar yang dituntut untuk mengikuti program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, guru dapat memilih materi yang diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, sehingga siswa tidak menjadi bosan.
6.      Menentukan strategi belajar mengajar, media dan sumber belajar. Kriteria umum untuk pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus (indikator) tersebut, adalah efisiensi, keefektifan, ekonomis, kepraktisan, melalui suatu analisis alternatif.
7.      Mengoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu, dan tenaga.
8.      Mengadakan evaluasi. Evaluasi ini sangat perlu untuk mengontroldan mengkaji keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu siswa, program pembelajaran, alat evaluasi (tes), dan metode/strategi yang digunakan.
Dalam  model Kemp menunjukkan kemungkinan revisi tiap komponen bila diperlukan. Revisi dilakukan dengan data pada komponen sebelumnya maupun sesudahnya. Berbeda dengan pendekatan sistem dalam pembelajaran, perencanaan desain pembelajaran ini bisa dimulai dari komponen mana saja, jadi perencanaan desain boleh dimulai dengan merencanakan pokok bahasan terlebih dahulu, atau mungkin dengan evaluasi. Komponen mana yang di dahulukan serta di prioritaskan yang dipilih bergantung kepada data apa yang sudah siap, tersedia, situasi,dan kondisi sekolah,atau bergantung pada pembuat perencanaan itu sendiri.
1.        Pokok Bahasan dan Tujuan Umum (Goals, Topic, and General Purposes)
Pengertian Goals, Topic, and General Purposes jika dipadukan menjadi satu pengertian adalah “tujuan umum”. Dalam prosedur pengembangan pembelajaran biasa disebut tujuan instruksional umum. Pokok bahasan menjadi dasar dalam pembelajaran dan menggambarkan ruang kingcup pembelajaran itu sendiri. Sedngkan tujuan pembelajaran umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya masih umum dan belum dapat menggambarkan tingkah laku yang lebih spesifik..Biasanya tujuan umum ditandai dengan kata “memahami”,”mengetahui” dan sebagainya.[4]

2.    Karakteristik Siswa (Learner Characteristic)
Tujuan mengetahui karakteristik siswa adalah untuk mengukur, apakah siswa akan mencapai tujuan belajar atau tidak.

3.    Tujuan Pembelajaran Khusus
Dalam menyusun tujuan pembelajaran khusus seorang guru harus memperhatikan beberapa criteria penyusunan tujuan pembelajaran khusus yang baik, yaitu menggunakan kata kerja operasional, dirumuskan dalam bentuk hasil belajar, dalam bentuk kegiatan dan perilaku siswa, harus mengandung satu kemampuan, sebagaimana penyusunan indicator.
4.    Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
a.              Kognitif, yaitu menenkankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari rendah samapai tinggi, yaitu 1) Pengetahuan menitiberatkan pada sapek ingatan terhadap materi yang telah dipelajarai mulai dari fakta sampai teori. 2) Pemahaman tingkat awal untuk dapat menjelaskan suatu konsep. 3) Aplikasi, yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari kedalam situasi yang nyata. 4) Analisis, kemampuan dalam merinci bahan menjadi bagian-bagian yang mudah dimengerti. 5) Sintesis, kemampuan mengombinasi bagian-bagian menjadi sesuatu yang baru. 6) Evaluasi, kemampuan untuk mempertimbangkan nilai berdasarkan criteria tertentu.
b.              Afektif, yaitu menekankan pada sikap, perasaan, emosi, dan karakterisitik moral yang diperlukan untuk kehidupan di masyarakat. Domain afektif memiliki lima tingkatan yaitu: 1) Penerimaan, misalnya kemampuan siswa untuk mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan melihat perasaan, antusiasme,dan semangat belajar siswa. 2) responding, kemampuan siswa untuk menerima timbale balik positif terhadap lingkungan dalam pembelajaran. 3) Penilaian, yaitu penerimaan terhadap nilai-nilai yang ditanamkan dalam pembelajaran, membuat pertimbangan terhadap berbagai nilai untuk diyakinkan dan diaplikasikan. 4) Pengorganisasian, yaitu kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan suatu siste nilai, dan 5) Karakterisasi, yaitu pengembangan dan internalisasi dari tingkatan pengorganisasian terhadap representasi kehidupan secara luas.
c.              Psikomotor, yaitu domain yang menekankan pada gerakan-gerakan fisik, kecakapan fisik, keterampilan fisik halus maupun kasar. Domain ini lebih menekankan pada mata pelajaran yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan seseorang. Ada enam tingkatan yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan mekanis terpola, gerakan respon kompleks, penyesuaian pola gerak, dan keterampilan matural.

5.    Materi atau Bahan Pelajaran
Hal ini harus berkaitan dengan tujuan yang telah ditatapkan.Jadi, bila siswa diajarkan tentang fakta dan konsep, harus ada penerapannya tidak hanya berhenti sampai prinsip.

6.    Penjajakan Terhadap Siswa
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menguji, apakah perencanaan yang telah disusun pada empat langkah dapat diteruskan ke langkah selanjutnya, yaitu kegiatan pembelajaran (teaching, learning activities and resource).Jadi preassessment adalah menguji cobakan rencana pokok bahasan, tujuan belajar, dari rencana isi.
7.    Kegiatan Belajar Mengajar

8.    Interkari Antara Guru dan Siswa

Pertemuan tatap muka antara beberapa siwa dalam satu kelompok dan pengajar menjadi tekanan disini, seperi beridskusi, tukar-menukar pikiran, memecahkan masalah bersama tentang hasil belajar dari pengajaran klasik, dan belajar mandiri.

B.       Komponen Pokok Pembelajaran Kemp
1.         Peserta Didik
Peserta didik   diantaranya siswa, mahasiswa ,peserta  pelatihan ,dan seterusnya. Namun uraian ini tidak akan membahas mengapa istilah peserta didik berbeda. Uraian inimenjelaskan alasan-alasan raisonal mengenai hal-hal yang patut dipertimbangkan tentang pihak yang belajar.
Apa pun desain pembelajaran dan mata ajaran yang disampaikan , perlu kiranya diketahui bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh para desainer adalah menciptakan situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat dapat tercapai dan peserta didik merasa nyaman dan termotivasi dalam proses belajarnya.
2.         Tujuan Pembelajaran
Setiap rumusan tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan kopetensi atau kinerja  yang harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai belajar. Sandainya tujuan pembelajaran atau kopetensi dinilai sebagai sesuatu yang rumit, maka tujuan pembelajaran tersebut dirinci menjadi subkopetensi yang dapat mudah dicapai. Dilain pihak, disain instruksional memadukan kebutuhan peserta didik dengan kopetensi yang harus dia kuasai nanti setelah selesai belajar degan kondisi yang sudah ditetapkan.
3.         Metode
Metode terkait degan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam disain pembelajaran langakh ini sangat penting karena metode inilah yang menetukan situasi belajar yang sesungguhnya. Di lain pihak,  seseorang disaener pembelajaran juga terlihat dalm cara dia menetukan metode ini. Metode sebagai strategi pembelajaran biasa dikaitkan dengan media, dan waktu dan waktu yang tersedia untuk belajar. Pada konsep sederhana ini,metode adalah komponen strategi pembelajaran yang sederhana.
4.         Penilaian
Konsep ini menganggap menilai hasil belajar peserta didik sanagt penting. Indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil belajar ini. Sering kali penilaiain diukur dnegan kemampuan menjawab dengan benar sejumlah soal-soal obyektif. Penilaian dapat juga dilakukan denagan format nonsoal, yaitu dengan instrumen pengamatan, wawancara, kuesioner, dan sebagainya.
C.      Komponen Model Analisi Topik
Komponen model analis topik ini terdiri atas:
-          Topik
Topik adalah mata ajaran yang akan dijelaskan kepada peserta didik. Disainer pembelajaran perlu mempelajari karkteristik dan katagori dari topik itu sebagai pengetahuan dan sebagai upaya untuk menentukan alternatif yang harus dipilih terkait dengan kondisi belajar yg harus di persiapkan.
-          Tujuan pembelajaran
tujuan pembelajaran dirumuskan setelah kategori topik selesai dilaksanakan. Dengan demikian, rumusan tujuan pembelajaran disusun berdasarkan kategori topik.
-          Pembelajaran
Pembelajaran diartiakan sebagai KBM konvesional dimana guru dan peserta didik langsung berinteraksi.dalam hal inidisain pembelajaran menetukan seluruh aspek strategi pembelajaran.
-          Penilaian
Penilain dalam model  mencakup dua hal yaitu belajar dan pembelajaran. Penilain ini bertujuan agar faktor penghambat belajar dapat diatasi.
-          Revisi
Setelah penilaian diolah, terkait dengan proses belajar, maka bisa dikaji ulang rumusan tujuan pembelajaran. Penilain ini dapat dilakukan terhadap penbelajaran. Revisi ini dimaksukan untuk mencari pemecahan masalah belajar yang dialami oleh peserta didik

D.    Kekurangan Pembelajaran Kemp
Model pembelajaran Jerold E. Kemp ini agak condong ke pembelajaran klasikal atau pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, peran guru di sini mempunyai pengaruh besar, karena mereka di tuntut dalam rangka program pengajaran, instrumen evaluasi, dan strategi pembelajaran.

E.     Kelebihan Pembelajaran Kemp
Model pembelajaran kemp ini, di setiap melakukan langkah atau prosedur terdapat revisi terlebih dahulu gunanya untuk menuju ke tahap berikutnya. Tujuannya adalah apabila terdapat kekurangan  atau kesalahan di tahap tersebut, dapat di lakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum melangkah ke tahap berikutnya.






BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
Model Kemp selain bersifat sirkuler, namun juga termasuk dalam suprasistem. Jumlah komponen sangat banyak, rinci dan lengkap, jadi tata kerja keseluruhan memerlukan pengelolaan yang baik sebagaimana dalam komponen.
Desain pembelajaran bersifat dinamis, artinya dapat dimulai dari mana saja. Kemp berpendapat bahwa proses belajar menyangkut ragam pengetahuan kemampuan antarpribadi dan sikap sing diabaikan  orang. Padahal kompetensi yang sesungguhnya dari seseorang selalu ditnjau dari seluruh aspek , yaitu : fakta, konsep, prinsip, aturan, kemampuan antarpribadi, dan sikap
B.  Saran
Penulis menyerahkan untuk tidak menggunakan makalah ini sebagai acuan yang mutlak karena ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis menyerahkan kepada semua pembaca makalah ini untuk mencari sumber-sumber lain untuk menyempurnakan makalah ini.











DAFTAR PUSTAKA

·         Salma Prawiradilaga, Dewi.2007.Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:Kencana. Hal 28
·        Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.
·        Afandi, Muhammad dan Badarudin. 2011. Perencanaan Pembelajaran.di Sekolah Dasar. Bandung: Alfabeta
·         


[1] Salma Prawiradilaga, Dewi.2007.Prinsip Desain Pembelajaran.Jakarta:Kencana. Hal 28
[2] Ibid
[3] Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.

[4] Afandi, Muhammad dan Badarudin. 2011. Perencanaan Pembelajaran.di Sekolah Dasar. Bandung: Alfabeta

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking