BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Makin maju ilmu pengetahuan
mengakibatkan tiap generasi harus meningkatkan pola frekuensi belajarnya. Agar
pendidikan dapat dilaksanakan lebih baik tidak terkait oleh aturan yang
mengikat kreativitas pembelajar, kiranya tidak memadai hanya digunakan sumber
belajar, seperti dosen/guru, buku, modul, audio visual, dan lain-lain, maka
hendaknya diberikan kesempatan yang lebih luas dan aturan yang fleksibel kepada
pebelajar untuk menentukan strategi belajarnya.
Pembelajaran merupakan suatu sistem,
yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lain. Komponen tersebut meliputi :tujuan/kompetensi, materi, metode dan
evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih atau menentukan pendekatan dan model pembelajaran.
Pada kesempatan kali ini pemakalah
akan membahas tentang model pembelajaran Jerold E. Kemp, dimana model
pembelajaran ini mengembangkan model desain instruksional yang paling awal bagi
pendidikan. Agar lebih jelas pemakalah
akan menjelaskannya pada Bab selanjutnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengembangan desain pembelajaran
model Kemp ?
2.
Apa saja
komponen dalam desain pembelajaran Kemp ?
3.
Apa saja
komponen model analisi topik pembelajaran Kemp ?
4.
Apa kekurangan
desain pembelajaran Kemp ?
5.
Apa kelebihan
desain pembelajaran Kemp ?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui bagaimana desain pembelajaran Kemp
2.
Untuk mengetahui komponen dalam desain pembelajaran kemp
3.
Untuk mengetahui komponen model analisi topik pembelajaran
kemp
4.
Untuk mengetahui kekurangan desain pembelajaran Kemp
5.
Untuk mengetahui kelebihan desain pembelaaran Kemp
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Model Desain Pembelajaran Kemp
Jerol E. Kemp berasal dari
California State Univercity di Sanjose. Kemp mengembangkan model desain
instruksional yang paling awal bagi pendidikan. Model Kemp memberikan bimbingan
kepada para siswanya untuk berpikir
tentang masalah – masalah umum dan tujuan –tujuan pembelajaran. Model ini juga
mengarahkan para pengembang desain instruksional untuk melihat karakteristik
para siswa serta menentukan tujuan- tujuan belajar yang tepat.
Desain pembelajaran bersifat dinamis, artinya
dapat dimulai dari mana saja. Kemp berpendapat bahwa proses belajar menyangkut
ragam pengetahuan kemampuan antarpribadi dan sikap sing diabaikan orang. Padahal kompetensi yang sesungguhnya
dari seseorang selalu ditnjau dari seluruh aspek , yaitu :
a.
Fakta, yaitu hubungan antara dua objek.
b.
Konsep. Menurut Kemp, konsep adalah kategori atau ragam
yang menunjukkan kesamaan atau kemiripan gagasan, kejadian, objek, atau
kebendaan.
c.
Prinsip, yang merupakan menjelaskan hubungan antara dua
konsep.
d.
Aturan atau prosedur yaitu pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh peserta didik secara bertahap.
e.
Kemampuan antarpribadi. Materi ini tidak dibahas oleh
semua pakar, kecuai Kemp, dkk. yang
menaruh perhatian pada keampuan antarpribadi ini. Kemampuan antrapribadi ini
satu-satunya kemampuan yang dapat dimiliki oleh seseorang, karena tiap orang
memiliki kemampuan lebih dari satu.
f.
Sikap yang sebagai predisposisi untuk prilaku seseorang.
Yait hal yang sulit diprediksi dan memakan waktu yang lama untuk
mengukurnya.
Kemp berpendpat bahwa pengembangan
pembelajaran dikembangkan dari model sederhana kedua yang memasukkan aspek
revisi pada desain pembelajaran.[1]
Istilah lain yang sering digunakan untuk
desain pembelajaran menurut Kemp,diantaranya :[2]
a.
Intrusctional sistems design, terkait denagan Penyelenggaraan proses belajar dan mengajar .
b.
Learning sistem design, model ini sangat menekankan proses belajar yang dialami
peserta didik .
Perencanaan desain pembelajaran
model Kemp dapat digunakan pada tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan, maupun
perguruan tinggi.
Adapun langkah – langkah pengembangan desain pembelajaran
model Kemp, terdiri dari delapan langkah, yakni :[3]
1. Menentukan tujuan instruksional umum
(TIU) atau kompetensi dasar, yaitu tujuan umum yang ingin di capai dalam
mengajarkan masing- masing pokok bahasan.
2. Membuat
analisis tentang karakteristik siswa. Analisis ini diperlukan antara lain untuk
mengetahui apakah latar belakang pendidikan dan sosial budaya siswa
memungkinkan untuk mengikuti program , serta langkah- langkah apa yang perlu
diambil.
3. Menentukan
tujuan instruksional secara spesifik, operasional, dan terukur (dalam KTSP
adalah indikator). Dengan demikian, siswa akan tahu apa yang harus dikerjakan,
bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya bahwa ia telah berhasil. Bagi guru,
rumusan itu akan berguan dalam menyusun tes kemampuan /keberhasilan dan
pemilihan materi/bahan belajar yang sesuai.
4. Menentukan
materi/ bahan ajar yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus (indikator)
yang telah dirumuskan. Masalah yang sering kali dihadapi guru- guru adalah
begitu banyakknya materi pelajaran yang harus diajarkan dengan waktu yang
terbatas. Demikian juga, timbul kesulitan dalam mengorganisasikan materi/ bahan
ajar yang akan disajikan kepada para siswa. Dalam hal ini diperlukan ketepatan
guru dalam memilih dan memilah sumber belajar, materi, media,dan prosedur
pembelajaran yang akan digunakan.
5. Menetapkan
penjajagan atau tes awal (preassesment). Ini diperlukan untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan awal siswa dalam memenuhi prasyarat belajar yang dituntut
untuk mengikuti program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian,
guru dapat memilih materi yang diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak
perlu, sehingga siswa tidak menjadi bosan.
6. Menentukan
strategi belajar mengajar, media dan sumber belajar. Kriteria umum untuk
pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus
(indikator) tersebut, adalah efisiensi, keefektifan, ekonomis, kepraktisan,
melalui suatu analisis alternatif.
7. Mengoordinasikan
sarana penunjang yang diperlukan meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu,
dan tenaga.
8. Mengadakan
evaluasi. Evaluasi ini sangat perlu untuk mengontroldan mengkaji keberhasilan
program secara keseluruhan, yaitu siswa, program pembelajaran, alat evaluasi (tes),
dan metode/strategi yang digunakan.
Dalam model Kemp menunjukkan kemungkinan revisi
tiap komponen bila diperlukan. Revisi dilakukan dengan data pada komponen
sebelumnya maupun sesudahnya. Berbeda dengan pendekatan sistem dalam
pembelajaran, perencanaan desain pembelajaran ini bisa dimulai dari komponen
mana saja, jadi perencanaan desain boleh dimulai dengan merencanakan pokok
bahasan terlebih dahulu, atau mungkin dengan evaluasi. Komponen mana yang di
dahulukan serta di prioritaskan yang dipilih bergantung kepada data apa yang
sudah siap, tersedia, situasi,dan kondisi sekolah,atau bergantung pada pembuat
perencanaan itu sendiri.
1.
Pokok Bahasan dan Tujuan Umum
(Goals, Topic, and General Purposes)
Pengertian Goals, Topic, and General
Purposes jika dipadukan menjadi satu pengertian adalah “tujuan umum”. Dalam
prosedur pengembangan pembelajaran biasa disebut tujuan instruksional umum. Pokok
bahasan menjadi dasar dalam pembelajaran dan menggambarkan ruang kingcup
pembelajaran itu sendiri. Sedngkan tujuan pembelajaran umum adalah tujuan
pembelajaran yang sifatnya masih umum dan belum dapat menggambarkan tingkah
laku yang lebih spesifik..Biasanya tujuan umum ditandai dengan kata
“memahami”,”mengetahui” dan sebagainya.[4]
2.
Karakteristik Siswa (Learner Characteristic)
Tujuan
mengetahui karakteristik siswa adalah untuk mengukur, apakah siswa akan
mencapai tujuan belajar atau tidak.
3.
Tujuan
Pembelajaran Khusus
Dalam
menyusun tujuan pembelajaran khusus seorang guru harus memperhatikan beberapa
criteria penyusunan tujuan pembelajaran khusus yang baik, yaitu menggunakan
kata kerja operasional, dirumuskan dalam bentuk hasil belajar, dalam bentuk
kegiatan dan perilaku siswa, harus mengandung satu kemampuan, sebagaimana
penyusunan indicator.
4.
Klasifikasi
Tujuan Pembelajaran
a.
Kognitif, yaitu
menenkankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari rendah samapai
tinggi, yaitu 1) Pengetahuan menitiberatkan pada sapek ingatan terhadap materi
yang telah dipelajarai mulai dari fakta sampai teori. 2) Pemahaman tingkat awal
untuk dapat menjelaskan suatu konsep. 3) Aplikasi, yaitu kemampuan menggunakan
bahan yang telah dipelajari kedalam situasi yang nyata. 4) Analisis,
kemampuan dalam merinci bahan menjadi bagian-bagian yang mudah dimengerti. 5)
Sintesis, kemampuan mengombinasi bagian-bagian menjadi sesuatu yang baru. 6)
Evaluasi, kemampuan untuk mempertimbangkan nilai berdasarkan criteria tertentu.
b.
Afektif, yaitu
menekankan pada sikap, perasaan, emosi, dan karakterisitik moral yang
diperlukan untuk kehidupan di masyarakat. Domain
afektif memiliki lima tingkatan yaitu: 1) Penerimaan, misalnya kemampuan siswa
untuk mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan melihat
perasaan, antusiasme,dan semangat belajar siswa. 2) responding, kemampuan siswa
untuk menerima timbale balik positif terhadap lingkungan dalam pembelajaran. 3)
Penilaian, yaitu penerimaan terhadap nilai-nilai yang ditanamkan dalam
pembelajaran, membuat pertimbangan terhadap berbagai nilai untuk diyakinkan dan
diaplikasikan. 4) Pengorganisasian, yaitu kemampuan siswa dalam hal
mengorganisasikan suatu siste nilai, dan 5) Karakterisasi, yaitu pengembangan
dan internalisasi dari tingkatan pengorganisasian terhadap representasi
kehidupan secara luas.
c.
Psikomotor,
yaitu domain yang menekankan pada gerakan-gerakan fisik, kecakapan fisik,
keterampilan fisik halus maupun kasar. Domain ini lebih menekankan pada mata
pelajaran yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan seseorang. Ada enam
tingkatan yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan mekanis terpola,
gerakan respon kompleks, penyesuaian pola gerak, dan keterampilan matural.
5.
Materi atau
Bahan Pelajaran
Hal ini harus berkaitan dengan tujuan yang telah ditatapkan.Jadi, bila
siswa diajarkan tentang fakta dan konsep, harus ada penerapannya tidak hanya
berhenti sampai prinsip.
6.
Penjajakan
Terhadap Siswa
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menguji, apakah perencanaan yang
telah disusun pada empat langkah dapat diteruskan ke langkah selanjutnya, yaitu
kegiatan pembelajaran (teaching, learning activities and resource).Jadi
preassessment adalah menguji cobakan rencana pokok bahasan, tujuan belajar,
dari rencana isi.
7.
Kegiatan
Belajar Mengajar
8. Interkari
Antara Guru dan Siswa
Pertemuan tatap
muka antara beberapa siwa dalam satu kelompok dan pengajar menjadi tekanan
disini, seperi beridskusi, tukar-menukar pikiran, memecahkan masalah bersama
tentang hasil belajar dari pengajaran klasik, dan belajar mandiri.
B.
Komponen Pokok Pembelajaran Kemp
1.
Peserta Didik
Peserta didik diantaranya siswa,
mahasiswa ,peserta pelatihan ,dan
seterusnya. Namun uraian ini tidak akan membahas mengapa istilah peserta didik berbeda.
Uraian inimenjelaskan alasan-alasan raisonal mengenai hal-hal yang patut
dipertimbangkan tentang pihak yang belajar.
Apa pun desain pembelajaran dan mata ajaran yang disampaikan , perlu
kiranya diketahui bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh para desainer adalah
menciptakan situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat
dapat tercapai dan peserta didik merasa nyaman dan termotivasi dalam proses
belajarnya.
2.
Tujuan Pembelajaran
Setiap rumusan tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan
kopetensi atau kinerja yang harus
dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai belajar. Sandainya tujuan
pembelajaran atau kopetensi dinilai sebagai sesuatu yang rumit, maka tujuan
pembelajaran tersebut dirinci menjadi subkopetensi yang dapat mudah dicapai.
Dilain pihak, disain instruksional memadukan kebutuhan peserta didik dengan
kopetensi yang harus dia kuasai nanti setelah selesai belajar degan kondisi
yang sudah ditetapkan.
3.
Metode
Metode terkait degan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar
proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang
dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam disain pembelajaran langakh
ini sangat penting karena metode inilah yang menetukan situasi belajar yang
sesungguhnya. Di lain pihak, seseorang
disaener pembelajaran juga terlihat dalm cara dia menetukan metode ini. Metode
sebagai strategi pembelajaran biasa dikaitkan dengan media, dan waktu dan waktu
yang tersedia untuk belajar. Pada konsep sederhana ini,metode adalah komponen
strategi pembelajaran yang sederhana.
4.
Penilaian
Konsep ini menganggap menilai hasil belajar peserta didik sanagt penting.
Indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari
penilaian hasil belajar ini. Sering kali penilaiain diukur dnegan kemampuan
menjawab dengan benar sejumlah soal-soal obyektif. Penilaian dapat juga
dilakukan denagan format nonsoal, yaitu dengan instrumen pengamatan, wawancara,
kuesioner, dan sebagainya.
C.
Komponen Model Analisi Topik
Komponen model analis topik ini terdiri atas:
-
Topik
Topik adalah
mata ajaran yang akan dijelaskan kepada peserta didik. Disainer pembelajaran
perlu mempelajari karkteristik dan katagori dari topik itu sebagai pengetahuan
dan sebagai upaya untuk menentukan alternatif yang harus dipilih terkait dengan
kondisi belajar yg harus di persiapkan.
-
Tujuan pembelajaran
tujuan
pembelajaran dirumuskan setelah kategori topik selesai dilaksanakan. Dengan
demikian, rumusan tujuan pembelajaran disusun berdasarkan kategori topik.
-
Pembelajaran
Pembelajaran
diartiakan sebagai KBM konvesional dimana guru dan peserta didik langsung
berinteraksi.dalam hal inidisain pembelajaran menetukan seluruh aspek strategi
pembelajaran.
-
Penilaian
Penilain dalam
model mencakup dua hal yaitu belajar dan
pembelajaran. Penilain ini bertujuan agar faktor penghambat belajar dapat
diatasi.
-
Revisi
Setelah penilaian diolah, terkait dengan
proses belajar, maka bisa dikaji ulang rumusan tujuan pembelajaran. Penilain
ini dapat dilakukan terhadap penbelajaran. Revisi ini dimaksukan untuk mencari
pemecahan masalah belajar yang dialami oleh peserta didik
D.
Kekurangan Pembelajaran Kemp
Model
pembelajaran Jerold E. Kemp ini agak condong ke pembelajaran klasikal atau
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, peran guru di sini mempunyai pengaruh
besar, karena mereka di tuntut dalam rangka program pengajaran, instrumen
evaluasi, dan strategi pembelajaran.
E.
Kelebihan Pembelajaran Kemp
Model
pembelajaran kemp ini, di setiap melakukan langkah atau prosedur terdapat
revisi terlebih dahulu gunanya untuk menuju ke tahap berikutnya. Tujuannya
adalah apabila terdapat kekurangan atau kesalahan di tahap tersebut,
dapat di lakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum melangkah ke tahap
berikutnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Model Kemp selain bersifat sirkuler, namun
juga termasuk dalam suprasistem. Jumlah komponen sangat banyak, rinci dan
lengkap, jadi tata kerja keseluruhan memerlukan pengelolaan yang baik
sebagaimana dalam komponen.
Desain pembelajaran bersifat dinamis, artinya
dapat dimulai dari mana saja. Kemp berpendapat bahwa proses belajar menyangkut
ragam pengetahuan kemampuan antarpribadi dan sikap sing diabaikan orang. Padahal kompetensi yang sesungguhnya
dari seseorang selalu ditnjau dari seluruh aspek , yaitu : fakta, konsep,
prinsip, aturan, kemampuan antarpribadi, dan sikap
B.
Saran
Penulis
menyerahkan untuk tidak menggunakan makalah ini sebagai acuan yang mutlak
karena ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis menyerahkan kepada
semua pembaca makalah ini untuk mencari sumber-sumber lain untuk menyempurnakan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
·
Salma Prawiradilaga, Dewi.2007.Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:Kencana.
Hal 28
·
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Bandung: PT
Raja Grafindo Persada.
·
Afandi,
Muhammad dan Badarudin. 2011. Perencanaan Pembelajaran.di Sekolah Dasar. Bandung:
Alfabeta
·
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking