MOTIVASI
KERJA
A. Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi berasal dari kata latin
“movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Adapun kerja adalah
sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Terkait
dengan hal tersebut, maka yang disebut dengan motvasi adalah mempersoalkan
bagai mana caranya mendorong gairah seseorang, agar mereka mau bekerja keras
dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan suatu
tujuan. (Hasibuan,2003).
Samsudin (2005) memberikan pengertian
motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap
seseorang atau kelompok kerja agar
mereka mau melakukan sesuatu yang telah ditetapkan.
Robbins, (1998) berpendapat bahwa motivasi
adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi sesuatu
kebutuhan individu.
Munandar, (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu proses dimana
kebutuhan- kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan
yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli
tersebut dapat disimpulkan, bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh
dalam diri seseorangyang dapat menimbulkan tingkat prestasi dan entuasismenya dalam
melakukan suatu kegiatan, baik yang berasal dari dalam dan luar
dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan
semua kemampuan dan ketrampilan yang. Faktor-faktor yang menyebabkan
rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya adalah sebagai berikut:
-
Metode mengajar guru. Metode dan
cara-cara mengajar guru yang monoton dan tidak menyenangkan akan
mempengaruhi motivasi belajar siswa
-
Tujuan kurikulum dan pengajaran yang
tidak jelas
-
Tidak adanya relevansi kurikulum
dengan kebutuhan dan minat siswa
-
Latar belakang ekonomi dan social
budaya siswa
B. Hasil Penelitian Tentang Motivasi
C. Teori Motivasi
1.
Teori
Atribusi
Teori
atribusi adalah teori yang menjelaskan tentang prilaku seseorang atau proses menyimpulkan
motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilaku
yang tampak (baron dan byrne, 1979: 56).
2.
Teori
kebutuhan Maslow
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan
bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya
dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan
terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan
Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih
kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan
pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan
pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
Abraham
Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk
makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling
dasar
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan
perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidp
3. Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu
kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan
untuk mencintai serta dicintai
4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan
untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu
kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat
dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu
3.
Teori
Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi pertama kali diperkenalkan oleh Murray
(dalam Martaniah, 1998) yang diistilahkan dengan need for achievement dan
dipopulerkan oleh Mc Clelland (1961) dengan sebutan “n-ach”, yang beranggapan
bahwa motif berprestasi merupakan virus mental sebab merupakan pikiran yang
berhubungan dengan cara melakukan kegiatan dengan lebih baik daripada cara yang
pernah dilakukan sebelumnya. Jika sudah terjangkit virus ini mengakibatkan
perilaku individu menjadi lebih aktif dan individu menjadi lebih giat dalam
melakukan kegiatan untuk mencapai prestasi yang lebih baik dari sebelumnya.
Individu yang menunjukkan motivasi berprestasi menurut Mc.Clelland adalah
mereka yang task oriented dan siap menerima tugas-tugas yang
menantang dan kerap mengevaluasi tugas-tugasnya dengan beberapa cara, yaitu
membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau dengan standard tertentu
(McClelland, dalam Morgan 1986). Selain itu mcClelland juga mengartikan
motivasi berprestasi sebagai standard of exellence yaitu kecenderungan individu
untuk mencapai prestasi secara optimal (McClelland,1987).
Selanjutnya menurut Haditono (Kumalasari,
2006), motivasi berprestasi adalah kecenderungan untuk meraih prestasi dalam
hubungan dengan nilai standar keunggulan. Motivasi berprestasi ini membuat
prestasi sebagai sasaran itu sendiri. Individu yang dimotivasi untuk prestasi
tidak menolak penghargaan itu, tidak sungguh-sungguh merasa senang jika dalam
persaingan yang berat ia berhasil memenangkannya dengan jerih payah setelah
mencapai standar yang ditentukan. Individu yang mempunyai dorongan berprestasi
tinggi umumnya suka menciptakan risiko yang lunak yang bisa memerlukan cukup
banyak kekaguman dan harapan akan hasil yang berharga, keterampilan dan
ketetapan hatinya yang menunjukkan suatu kemungkinan yang masuk akal daripada
hasil yang dicapai dari keuntungan semata. Jika memulai suatu pekerjaan,
individu yang mempunyai dorongan prestasi tinggi ingin mengetahui bagaimana
pekerjaannya, ia lebih menyukai aktivitas yang memberikan umpan balik yang
cepat dan tepat.
Menurut Herman (Linda, 2004) motivasi
berprestasi ini sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena motif
berprestasi akan mendorong seseorang untuk mengatasi tantangan atau rintangan
dan memecahkan masalah seseorang, bersaing secara sehat, serta akan berpengaruh
pada prestasi kerja seseorang. Atkinson (Martaniah, 1998) mengatakan bahwa
motivasi berprestasi dalam perilaku individu mengandung dua kecenderungan
perilaku, yaitu :
a.
Individu yang
cenderung mengejar atau mendekati kesuksesan.
b.
Individu yang berusaha
untuk menghindari kegagalan.
Ø Ciri-ciri
seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi diungkapkan oleh
Mc.Clelland dikutip dalam Wahidin (2001) adalah :
a.
Mempunyai keinginan untuk bersaing secara sehat dengan
dirinya sendiri maupun dengan orang lain.
b.
Mempunyai
keinginan bekerja dengan baik.
c.
Berfikir
realistis, tahu kemampuan serta kelemahan dirinya.
d.
Memiliki
tanggung jawab pribadi
e.
Mampu membuat
terobosan dalam berfikir
f.
Berfikir
strategis dalam jangka panjang
g.
Selalu
memanfaatkan umpan balik untuk perbaikan.
Faktor-faktor yang menyebabkan
rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya adalah sebagai berikut:
·
Metode mengajar guru. Metode dan
cara-cara mengajar guru yang monoton dan tidak menyenangkan akan
mempengaruhi motivasi belajar siswa
·
Tujuan kurikulum dan pengajaran yang
tidak jelas
·
Tidak adanya relevansi kurikulum
dengan kebutuhan dan minat siswa
·
Latar belakang ekonomi dan social
budaya siswa
4.
Teori
Atribusi
Teori
atribusi adalah teori yang menjelaskan tentang prilaku seseorang atau proses menyimpulkan
motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilaku
yang tampak (baron dan byrne, 1979: 56).
5.
Teori
kebutuhan Maslow
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan
bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya
dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan
terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan
Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih
kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan
pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan
pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
Abraham
Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut :
6. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk
makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling
dasar
7. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan
perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidp
8. Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu
kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan
untuk mencintai serta dicintai
9. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan
untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain
10. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu
kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat
dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu
6.
Teori
Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi pertama kali diperkenalkan oleh Murray
(dalam Martaniah, 1998) yang diistilahkan dengan need for achievement dan
dipopulerkan oleh Mc Clelland (1961) dengan sebutan “n-ach”, yang beranggapan
bahwa motif berprestasi merupakan virus mental sebab merupakan pikiran yang
berhubungan dengan cara melakukan kegiatan dengan lebih baik daripada cara yang
pernah dilakukan sebelumnya. Jika sudah terjangkit virus ini mengakibatkan
perilaku individu menjadi lebih aktif dan individu menjadi lebih giat dalam
melakukan kegiatan untuk mencapai prestasi yang lebih baik dari sebelumnya.
Individu yang menunjukkan motivasi berprestasi menurut Mc.Clelland adalah
mereka yang task oriented dan siap menerima tugas-tugas yang
menantang dan kerap mengevaluasi tugas-tugasnya dengan beberapa cara, yaitu
membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau dengan standard tertentu
(McClelland, dalam Morgan 1986). Selain itu mcClelland juga mengartikan
motivasi berprestasi sebagai standard of exellence yaitu kecenderungan individu
untuk mencapai prestasi secara optimal (McClelland,1987).
Selanjutnya menurut Haditono (Kumalasari,
2006), motivasi berprestasi adalah kecenderungan untuk meraih prestasi dalam
hubungan dengan nilai standar keunggulan. Motivasi berprestasi ini membuat
prestasi sebagai sasaran itu sendiri. Individu yang dimotivasi untuk prestasi
tidak menolak penghargaan itu, tidak sungguh-sungguh merasa senang jika dalam
persaingan yang berat ia berhasil memenangkannya dengan jerih payah setelah
mencapai standar yang ditentukan. Individu yang mempunyai dorongan berprestasi
tinggi umumnya suka menciptakan risiko yang lunak yang bisa memerlukan cukup
banyak kekaguman dan harapan akan hasil yang berharga, keterampilan dan
ketetapan hatinya yang menunjukkan suatu kemungkinan yang masuk akal daripada
hasil yang dicapai dari keuntungan semata. Jika memulai suatu pekerjaan,
individu yang mempunyai dorongan prestasi tinggi ingin mengetahui bagaimana
pekerjaannya, ia lebih menyukai aktivitas yang memberikan umpan balik yang
cepat dan tepat.
Menurut Herman (Linda, 2004) motivasi
berprestasi ini sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena motif
berprestasi akan mendorong seseorang untuk mengatasi tantangan atau rintangan
dan memecahkan masalah seseorang, bersaing secara sehat, serta akan berpengaruh
pada prestasi kerja seseorang. Atkinson (Martaniah, 1998) mengatakan bahwa
motivasi berprestasi dalam perilaku individu mengandung dua kecenderungan
perilaku, yaitu :
c.
Individu yang
cenderung mengejar atau mendekati kesuksesan.
d.
Individu yang berusaha
untuk menghindari kegagalan.
Ø Ciri-ciri
seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi diungkapkan oleh
Mc.Clelland dikutip dalam Wahidin (2001) adalah :
h.
Mempunyai keinginan untuk bersaing secara sehat dengan
dirinya sendiri maupun dengan orang lain.
i.
Mempunyai
keinginan bekerja dengan baik.
j.
Berfikir
realistis, tahu kemampuan serta kelemahan dirinya.
k.
Memiliki
tanggung jawab pribadi
l.
Mampu membuat
terobosan dalam berfikir
m.
Berfikir
strategis dalam jangka panjang
n.
Selalu
memanfaatkan umpan balik untuk perbaikan.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking